NEGERI TULEHU SEBAGAI PERCONTOHAN PROGRAM DESA PANGAN AMAN NASIONAL OLEH BADAN POM DAN KEMENKES RI

  • Humanis News
  • Disukai 0
  • Dibaca 191 Kali
Tangkapan layar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar (kanan) dalam acara peluncuran Sinergi Program Desa Pangan Aman dan PMT Berbahan Pangan Lokal yang disiarkan di Yogyakarta

Ambon (Poltekkes Maluku), Badan Pengawas Obat dan Makanan bersinergi dengan Kementerian Kesehatan meluncurkan Sinergi Program Desa Pangan Aman dan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal di Kampoeng Mataraman, Kelurahan Panggungharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sementara Balai POM di Ambon, menjadikan Negeri Tulehu sebagai pusat percontohan Sinergi Progam Desa Pangan Aman. Sinergi ini diwujudkan melalui peluncuran Program Desa Pangan Aman dari Badan POM dan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal dari Kemenkes.

Program ini bertujuan untuk menggabungkan intervensi sensitif dan spesifik guna mencegah stunting, sehingga manfaat yang diterima masyarakat dapat semakin optimal. Acara launching Sinergi Program Desa Pangan Aman dan PMT Berbahan Pangan Lokal dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2024, dihadiri oleh pejabat terkait dari kedua lembaga yaitu Kepala Balai POM Ri, Taruna Ikrar dan Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin.

"Program Desa Pangan Aman itu bertujuan untuk bagaimana engagement peran langsung dari BPOM untuk pendampingan sekaligus pembinaan bagi masyarakat supaya betul-betul mendapatkan bahan pangan yang aman," kata Kepala BPOM RI Taruna Ikrar pada peluncuran tersebut di Bantul, Senin. 14 Oktober 2024

Menurut dia, hal tersebut juga sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo bahwa kewajiban BPOM harus memastikan makanan, minuman dan obat obatan yang dikonsumsi oleh rakyat Indonesia harus aman dan sehat.

"Kalau kita berbicara tantangan dari masyarakat Indonesia sekarang ini hubungannya dengan gizi, kita ada triple burden, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi/berat badan, dan definisi mikronutrien," katanya.

Dia mengatakan kalau melihat rakyat Indonesia, khususnya anak-anak, masih banyak yang menderita stunting atau kekurangan gizi, itu masalah pertama. Tapi, sebagian anak dan orang tua mengalami kelebihan gizi, bahkan sampai pada metabolisme sindrom.

"Yang ketiga, masyarakat kita juga ada yang mengalami berbagai macam mikronutrien, yaitu kekurangan gizi yang spesifik, misalnya kekurangan vitamin, kekurangan mineral, kekurangan kobalamin, dan lainnya," katanya.

Dari tiga faktor itu, tantangan yang dimiliki bangsa ini, tentu program Desa Pangan Aman dari BPOM dan Program Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal dari Kemenkes yang diluncurkan hari ini mempunyai manfaat yang sangat besar.

"Manfaatnya, kalau BPOM mengembangkan Program Desa Pangan Aman bekerja sama dengan kader-kader masyarakat, baik kader desa, dengan ibu-ibu, kemudian program sekolah dan sebagainya, ditambah pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal, potensi lokal kita juga bisa diberdayakan," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, sinergi kedua program ini bisa menjadi ujung tombak bagi pemerintah untuk menyelesaikan tiga persoalan tersebut, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi atau berat badan atau kekurangan gizi yang spesifik.

"Terutama, kekurangan gizi, yang mana angka stunting kita masih tinggi sekitar 21,7 persen, kemudian kedua angka sindrom metabolik atau kelebihan gizi yang kita pahami selama ini juga sangat tinggi, dimana angka kematian non-infeksi itu sudah mencapai 73 persen dari seluruh kematian," katanya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemberian makanan tambahan merupakan upaya untuk mengatasi masalah gizi pada balita dan ibu hamil.

Menurut Budi, isu tersebut perlu diprioritaskan, karena balita dan ibu hamil punya hidup yang lebih panjang.

"PMT itu sangat penting, karena ini adalah obat utama bagi ibu hamil atau ibu bermasalah gizi, penyakit gizi, dan balita penyakit gizi di levelnya underweight, weight falter, sama wasting," kata Budi.

Dia menambahkan stunting adalah tahapan penyakit gizi yang paling parah, dan kondisi tersebut ada, karena masalah gizi yang dibiarkan berlama-lama tanpa diobati.

Dia mengingatkan agar tidak menunggu hingga stunting untuk penanganan, karena pada tahap itu sudah telat.

 Dia menilai memeriksa kecukupan gizi cukup mudah. Untuk ibu hamil, dengan mengukur lingkar lengan atas, sedangkan pada bayi, panjangnya yang diukur, kemudian tinggi dan beratnya perlu dipastikan sesuai dengan kurva yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Budi mengingatkan bagi para kepala desa untuk memastikan kecukupan nutrisi bagi ibu-ibu dan balita yang kurang gizi.

"Kalau cukup, mereka sehat, mereka pintar, nanti pada saat usia kerja mereka produktif, pendapatannya tinggi, sehingga Indonesia bisa didukung, produk domestik bruto atau GDP-nya naik gara-gara pendapatan mereka tinggi-tinggi semua," ucapnya.

Acara peluncuran secara daring di Maluku bertempat di Aula MTS 1 Tulehu, dihadiri stakeholder terkait, yaitu Kepala Balai POM di Ambon, Tamran Ismail, S.Si., MP, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, dr. Yan Aslan Noor, MPH,  Direktur Poltekkes Maluku, Dr. Betty A. Sahertian dan Pemerintah Negeri Tulehu.

Sumber : Youtube & Antara.com